Posted by : Bintang Senja Minggu, 25 Januari 2015


                           


Naturalisme Penyebaran Islam dan Makam Keramat Pangeran Jaga Lautan Pulau Cangkir
Ketika mengamati peta pesisir utara Kabupaten Tangerang, Anda dapat menjumpai pulau unik berbentuk seperti cangkir. Sesuai bentuknya, pulau seluas 4,5 hektar tersebut dinamai Pulau Cangkir. Pulau Cangkir merupakan salah satu destinasi wisata tepatnya wisata ziarah karena di dalamnya terdapat makam salah seornga ulama besar Banten.
Pulau Cangkir dapat dikunjungi dengan bus jurusan Kali Deres – Kronjo dari Jakarta. Bila ingin lebih praktis, Anda dapat menggunakan kendaraan pribadi. Dari Jakarta ikuti Tol Jakarta-Merak sampai Kabupaten Tangerang. Setelah kurang lebih 20 menit Anda akan menjumpai Jalan Pasar Kemis/Siliwangi. Ikuti jalan tersebut hingga tiba di Jalan Raya Cadas – Daon dan belok kiri pada tikungan pertama. Setelah kira-kira 10 menit perjalanan Anda akan menjumpai sebuah persimpangan. Pilih tikungan ke kanan untuk menuju Pulau Cangkir.
Secara administratif, Pulau Cangkir terlatak di Desa Kronjo, Kecamatan Kronjo, Kabupaten Tangerang. Sebuah pulau kecil yang kini terhubung dengan daratan kronjo Tangerang. Pulau ini dahulu terpisah dari pulau utamanya. Tetapi kini Pulau Cangkir sudah tampak menyatu dengan main land-nya, ini karena ada upaya swadaya masyarakat sekitar dan pengelola situs untuk membuat jalan penghubung dengan menggunakan urugan tanah pada tahun 1995 lalu untuk memudahkan peziarah memasuki pulau tersebut. Sebagai obyek wisata pantai, ”Pulau Cangkir merupakan obyek wisata ziarah karena di pulau ini terdapat makam Pangeran Jaga Lautan, yang ramai dikunjungi peziarah dari berbagai wilayah di Nusantara ini, dengan berbagai tujuan masing- masing.” kata Muzawir itu atau yang biasa dipanggil Ust. Juweni bercerita tentang asal muasal pulau tersebut, dan keberadaan sang Pangeran.
“Beliau sengaja ditempatkan Sultan Maulana Hasanuddin di daerah pesisir Kronjo yang pada masa itu menjadi jalur transportasi perdagangan antara Banten-Tirtayasa, Kronjo, Mauk, Cisadane-dan Jayakarta (sekarang menjadi Ibu Kota Negara, Jakarta . Dahulu, pulau ini terpisah dari daratan. Untuk mencapai pulau ini, saya harus menggunakan sampan. Baru beberapa tahun ini kemudian dibuatkan daratan untuk menyambungkan pulau ini dengan daerah Kronjo,” ujar Ust. Juweni, bak pemandu wisata.
Mendengar kisah sang pangeran, “Mengapa makam Syekh Jaga Lautan dikeramatkan?” Mungkinkah mereka ini awalnya adalah kepala pelabuhan, yang kebetulan punya keahlian agama, dan mengajarkannya kepada penduduk sekitar.
Saya urai lagi cerita tentang penyebaran Islam di daerah pesisir yang kerap saya baca, atau saya dengar. Embah Priok, konon hadir di Tanjung Priok pada abad ke 17 dua abad setelah penguasaan Banten dari Wilayah Kerajaan Sunda Padjajaran oleh Sultan Maulana Yusuf. Saat itu Batavia berada dalam genggaman Kasultanan Banten. Sementara Pangeran Cangkir yang berjuluk Pangeran Jaga Lautan, konon mendiami pulau yang luasnya hanya sepetak sawah itu, atas perintah Sultan Mauna Hasanuddin Banten. Dan Syekh Jamaludin, adalah utusan Sultan Banten, yang juga dikenal sebagai pejuang perlawanan terhadap Portugis.
Kesamaan pola yang terlihat dari penguasaan pelabuhan-pelabuhan tersebut oleh para tokoh –kemungkinan ulama – yang kemudian juga dikeramatkan itu. Bahwa lautan harus dijaga secara seksama. Para tokoh lampau itu sadar benar pentingnya kelautan bagi Nusantara. Bahkan bisa jadi mereka di tempatkan di berbagai pulau kecil itu, bersama beberapa prajurit. Saat itu juga mungkin ada semacam kesepakatan atau konsensus dari para ulama dan Sultan, tentang pentingnya kekuatan maritim bagi kelangsungan penyebaran Islam.
Beberapa tahun lalu, ditemukan kerangka Gajah dan beberapa pernak-pernik seperti piring hiasan yang berasal dari Cina di desa ketapang, yang terletak di selatan Pulau Cangkir, menguatkan asumsi tersebut. Berbeda dengan pemerintahan Republik Indonesia yang abai terhadap hal itu. Dalam hal ini, kita patut berterimakasih kepada negara  Jiran, yang turut menyadarkan pentingnya kekuatan maritim bagi NKRI. Kita juga patut berterimakasih pada Gus Dur, yang sejak lama meneriakkan hal itu, terlebih di era pemerintahannya yang singkat, Dia meletakkan dasar-dasar kemaritiman RI.
Secara geografis, Pulau Cangkir merupakan pulau terdekat dengan daratan. Terletak di sebelah barat Desa Kronjo. Meski berada hampir di tengah laut, pulau itu masih terlihat kokoh dari jauh. Sementara daratan Kronjo sendiri mengalami abrasi di berbagai sisi. Jalan menuju ke pulau kecil itu juga cukup terjal. “Padahal ini termasuk daerah wisata di Tangerang,” kata Ust. Juweni. Bahkan mobil pribadi yang “ceper” tidak dapat masuk sampai kepulau Cangkir tersebut karena jalannya yang dipenuhi lubang yang dalam disana sini. Hal ini membuat kami sangat prihatin. Kawasan yang begitu indah tapi kurang mendapat perhatian dari pemerintah setempat.
Tak jauh dari Pulau Cangkir terdapat Pulau Laki. Letaknya di sebelah barat Pulau Cangkir. Konon Pulau Laki merupakan Gudang rempah-rempah milik VOC. Di sana, juga konon, terdapat beberapa gedung bekas peninggalan VOC. “Ada Night Club, atau semacam Bar nya juga loh, vila dan gudang. Tapi sekarang sudah kosong semua. Tak ada penduduk yang mau mendiami pulau itu,” ujarnya.


Sekilas Sejarah Sultan Maulana Hasanuddin
Beliau dilahirkan di Cirebon pada tahun 1479 M. Beliau adalah anak kedua perkawinan antara Syarief Hidayatullah dengan Nyi Kawung Putri Ki Gendheng Anten. Kemudian pada tahun 1526 M, pangeran Hasanuddin menikah dengan putri mahkota Sultan Trenggana (Nyi Ratu Ayu Kiran), setelah menikah beliau dinobatkan menjadi Sultan Banten pertama oleh Sultan Trenggana (Demak III) Pada tahun 1552 M setelah beliau berusia 73 tahun. Pada tahun 1570 beliau wafat di Banten dan jenazahnya dimakamkan disamping masjid Banten dalam usia 91 tahun (1479-1570).
·         Silsilah Waliyullah Pangeran Jaga Lautan Pulau Cangkir :
Maulana Hasanuddin menikah dengan Nyi Ayu Kirana mempunyai 3 orang     anak        yaitu :
1.      Ratu Fatima
2.      Pangeran Yusuf
3.      Pangeran Arya Jepara
Maulana Hasanuddin dengan Ratu Indra Pura, mempunyai 1 orang anak yaitu :
1.      Pangeran Sabrang Wetan
Maulana Hasanuddin dengan Putri Demak, mempunyai 4 orang anak yaitu :
1.      Pangeran Suniraras (Tanara)
2.      Pangeran Padjajaran.
3.      Pangeran Pringgalaya.
4.      Ratu Ayu Kamudarage.
Maulana Hasanuddin dengan istri selirnya mempunyai 8 orang anak yaitu :
1.      Pangeran Jaga Lautan Pulau Cangkir Kronjo.
2.      Ratu Keben.
3.      Ratu Terpenter.
4.      Ratu Wetan.
5.      Ratu Biru.
6.      Ratu Ayu Arsanengah.
7.      Pangeran Padjajaran Wadho.
8.      Tumenggung Walatikta.
Silsilah ini sudah diakui dan dikukuhkan oleh para Nasab (keturunan) Waliyullah Pangeran Jaga Lautan Pulau Cangkir.
Peninggalan Sejarah Pulau Cangkir
Disekitar makam keramat waliyullah Pangeran Jaga Lautan Pulau Cangkir terdapat beberapa peninggalan sejarah yang sampai saat ini masih dijaga kelestariannya oleh warga sekitar. Salah satu diantaranya adalah ”Gentong Air Manakib Syeikh Abdul Qodir Jailani”. Karomah dari air gentong ini adalah meskipun berada ditengah laut tapi airnya tidak terasa asin sama sekali seperti air laut yang ada pada umumnya. Dan air ini juga tidak pernah surut meskipun tiap hari diambil dan digunakan baik oleh warga sekitar maupun para peziarah yang setiap harinya datang kepulau Cangkir tersebut. Dan air Gentong ini dipercaya  memiliki banyak manfaat. Ada yang menggunakannya sebagai obat penyembuh berbagai penyakit dan ada juga yang menggunakannya untuk cuci muka agar awet muda. Meskipun masih mitos, tapi warga setempat dan para peziarah mempercayai hal tersebut.
Para peziarah juga percaya jika kita berziarah dan mengirimkan doa kepada pangeran Jaga Lautan Pulau Cangkir, maka semua permintaannya insya Allah akan terkabulkan atas izin Allah.”Tapi kalau kita salah niat yang ada malah bisa membuat kita menjadi musyrik.” ujar Ust. Juweni.
Makam Keramat Pangeran Jaga Lautan Pulau Cangkir
            Di dalam Pulau Cangkir terdapat banyak makam tetapi hanya satu yang di kramatkan oleh warga sekitar dan juga para peziarah.. Makam itu adalah makam Syeck Waliyudin yang sering di sebut dengan Pangeran Jaga Laut. Yang pada masanya beliu datang ke Pulau Cangkir untuk menyebarkan agama Islam didaerah tersebut.
Karena di kramatkan seringkali Pulau Cangkir di padati oleh peziarah yang sengaja untuk mendoakan Pangeran Jaga Laut. Tidak hanya hari-hari biasa tetapi hari-hari besar seperti awal bulan Muharam peziarah sengaja datang ke makam tersebut.
Pantai Pulau Cangkir
Bau amis ikan yang menyengat tidak mematahkan semangat ku untuk menuju ke Pulau Cangkir, karena setelah kami sampai disana kami diberikan suasana pemandangan yang indah, terbantangnya lautan, hembusan angin yang ringan, dan suara deburan ombak, yang berirama yang membuat kami tetap lebih bersemangat. Pulau Cangkir merupakan salah satu dektinasi bahari di Kabupaten Tangerang. Pulau Cangkir adalah pulau yang di kelilingi oleh pasir putih dan hamparan pantai yang landai. Karena letaknya yang berada di tengah laut, para pengunjung yang datang tidak hanya sengaja berziarah kemakam Pangeran Jaga Laut saja, tapi juga datang untuk berenang, memancing di sebuah tambak ikan, dan disana juga di sediakan sarana penyewaan perahu untuk berlayar ke pulau Seribu.
Letak Pulau Cangkir yang berada di tengah laut, warga sekitar yang tinggal di sana sebagaian besar bermata pencaharian sebagai nelayan. Itu terlihat ketika kita dalam perjalanan menuju ke Pulau Cangkir, di sekeliling kami banyak perahu-perahu yang sedang berlayar atau pun parkir dan juga tambak-tambak yang membentang. Karena letaknya yang di laut, Pulau Cangkir terancam abrasi akan tetapi untuk saat ini, sekitaran pantai  Pulau Cangkir telah dilakukan pemabangunan batas pesisir pantai dari beton.  

Sumber :
Narasumber :
1.      Nama           : Ust. Juweni
2.      TTL            : Tangerang, 6 Juni 1956
3.      Alamat         : Kronjo, Kontang
4.      Pekerjaan     : Koordinator Muzawwir
Daftar Pustaka
         Muzawwir
         http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2010/11/09/pulau-cangkir-pulau-laki-cerita-tentang-kemaritiman-banten/
         Tempat wisata Pulau Cangkir
         http://shadambgt.wordpress.com/2010/04/23/observasi-abrasi-pantai-pulau-cangkir-dan-pantai-utara-kab-tangerang-sebagai-dampak-pembangunan-wisata-bahari-dan-pembukaan-tambak/
        http://aci.detik.com/read/2010/08/18/134553/1422587/962/pantai-pulau-cangkir
       http://megapolitan.kompas.com/read/2010/12/07/1729232/Pulau.Cangkir.Dipadati.Peziarah
       bantenculturetourism.com
_       http://jakarta.panduanwisata.id/beyond-jakarta/tangerang/wisata-ziarah-ke-pulau-cangkir/
_        http://pulaucangkirindah.blogspot.com/p/pangeran-jaga-lautan.html



Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Kanvas Alfabet - Hatsune Miku - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -