- Back to Home »
- Perjalanan Inspirasi
Posted by : Bintang Senja
Senin, 26 Januari 2015
Judul
Buku : Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma
Pengarang
: Idrus
Penerbit
: Balai Pustaka
Halaman
: 172 halaman
Anda
tentu tak asing dengan karya yang satu ini. Buku ini merupakan kumpulan dari karya
– karya Idrus semenjak kedatangan Jepang tahun 1942 hingga sesudah 17 Agustus
1945. Adanya perbedaan masa membuat karya-karya beliau di dalam buku, dibagi
dalam 3 bagian. Tentunya pembagian ini tak hanya sebatas soal waktu. Ada hal
lain yang mendasari pembagian karyanya itu.
Bagian
pertama yaitu “ Zaman Jepang “, berisi sebuah cerpen yang berjudul Ave Maria
dan satu naskah drama yang berjudul Kejahatan Membalas Dendam. Ave Maria
menceritakan kisah cinta segitiga antara Zulbahri, Wartini, dan Syamsu. Sedangkan
drama kejahatan membalas dendam menceritakan tentang konflik Ishak dengan Pak
Orok ( Suksoro ) yang merupakan ayah dari kekasih Ishak. Adapun hal yang
membuat kedua karyanya ini dimasukkan dalam satu bagian. Pertama, cerita di
bagian ini cenderung pada aliran romantisme dan menawan hati. Kedua,
karya-karyanya cenderung berupa konflik-konflik serius. Ketiga, pada bagian ini
lebih banyak kosa kata asing yang berasal dari bahasa Belanda yang membuat
karyanya cenderung ‘kebarat-baratan”.
Bagian
kedua yaitu “ Corat – coret di Bawah Tanah”, semuanya berisi cerpen – cerpen
karya beliau. Jelas bahwa beliau jenuh dengan aliran romantismenya. Ia menulis
seputar kehidupan masyarakat pada masa pendudukan Jepang dalam kacamata
realistis humoristis. Karya – karya beliau di bagian ini yaitu Kota Harmoni,
Jawa Baru, Pasar Malam, Sanyo, Fujinkai, Oh…Oh…Oh!, dan Heiho. Secara umum,
semua karyanya menceritakan kehidupan pada masa pendudukan Jepang, dengan cara
yang lebih menarik dan segar. Berbeda dengan bagian sebelumnya yang cenderung
kebarat-baratan dan romantik. Lagi, jika pada bagian “Zaman Jepang” menggunakan
bahasa yang halus, tapi di sini bahasanya cenderung bahasa “ pada umumnya “.
Bagian
ketiga yaitu “ Sesudah 17 Agustus 1945 “, berisikan cerpen – cerpen seperti
halnya “ Corat – coret di Bawah Tanah “. Cerpen – cerpennya yaitu Kisah Sebuah
Celana Dalam, Surabaya, dan Jalan Lain
ke Roma. Pada bagian ini, bisa dianalogikan sebagai bagian “ dan lain – lain “
mengingat adanya perbedaan sekalipun bisa dianggap sama. Pada cerpen Kisah
Sebuah Celana Dalam, sifatnya lebih humoris meski realistik. Pada cerpen
Surabaya cenderung realistic serius. Sedangkan pada cerpen Jalan Lain ke Roma
beraliran romantik, humoris, dan realistis.
Adapun
keunggulan buku ini. Pertama, buku ini berisi varian karya dengan aliran yang
berbeda. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, buku ini dibagi dalam 3
bagian. Anda tentu jenuh dengan kumpulan cerpen dengan aliran yang itu – itu
saja. Dengan aliran – aliran pada buku ini, akan tak akan jenuh. Pada bagian “
Zaman Jepang “ anda akan disajikan cerita – cerita romantic yang menyentuh.
Lalu pada bagian “ Corat – coret di Bawah Tanah “ anda akan disajikan kita
kehidupan yang menyentuh. Lalu pada bagian “ Sesudah 17 Agustus 1945 “ anda
akan merasakan sesuatu yang berbeda dari 2 bagian terdahulu. Unik, bukan?
Kedua,
isi ceritanya yang menarik dan intrik yang unik di setiap ceritanya. Anda juga
bosan jika kumpulan cerpen yang anda baca berisi tema cerita yang sama. Dengan
intrik – intrik yang unik ini, selain menghibur pembaca, juga menambah wawasan
kita mengenai sejarah Indonesia tempo dulu. Apalagi jika anda membaca bagian “
Corat – coret di Bawah Tanah “, yang sarat akan sejarah Indonesia yang tentu
tak dijumpai di buku sejarah yang menjadi ciri khas buku ini.
Sekalipun
anda memandang konflik yang diangkat dalam buku ini tidak sesuai dengan
kehidupan sekarang, namun buku ini masih cukup menarik. Apa benar buku – buku
terbitan zaman dulu itu tidak menarik? Tentu tidak! Saya ambil contoh dari
Amerika Serikat. Buku karya Mark Twain yang paling terkenal, Tom Sawyer, masih
jadi yang menarik di sana. Padahal buku ini dibuat pada masa Civil war , yang
tentu sangat lama. Jadi, anggapan itu sebaiknya dibuang sejauh mungkin.
Kelemahan
dari buku ini adalah dari sisi bahasa. Kita mafhum bahwa buku ini dibuat
sebelum munculnya EYD ( Ejaan Yang Disempurnakan ) dan sebelum munculnya KBBI
karya W. J. S. Poerwadarminta. Dari survei yang saya lakukan, membuktikan bahwa
alasan orang – orang malas membaca roman – roman dan kumpulan cerpen zaman dulu
adalah karena kendala bahasa. Saya menyarankan kepada Balai Pustaka yang telah
berpengalaman dalam mencetak karya – karya sastrawan Indonesia, terutama buku
Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma, untuk melakukan langkah yang berani untuk
menyempurnakan bahasa pada buku tersebut agar mudah dipahami oleh para pembaca.
Buku terjemahan saja diterjemahkan agar dapat dipahami, mengapa buku karya
sastrawan Indonesia tidak? Dengan
penerjemahan dan penyederhanaan bahasa, buku ini tentukan akan semakin diminati
pembaca.
Jika
bicara secara keseluruhan, buku ini sangat bagus dan layak untuk dibaca. Selain
menghibur, buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma juga sarat sejarah yang
dapat menambah wawasan kita, seperti yang telah dikatakan pada alinea
sebelumnya. Selain juga anda akan merasakan perjalanan inspirasi dan aliran
dari penulisnya dalam buku ini. Bacalah dan rasakan sensasinya!
Sumber Referensi :
https://www.academia.edu/8492939/Dari_Ave_Maria_ke_Jalan_Lain_ke_Roma_Karya_Idrus