- Back to Home »
- Implementasi Konsep Bhinneka Tunggal Ika sebagai Landasan Multikulturalisme Bangsa Indonesia
Posted by : Bintang Senja
Senin, 22 Desember 2014
Indonesia
adalah salah satu negara yang multikultural terbesar didunia, kebenaran dari
pernyataan ini dapat dilihat dari sosio kultur yang begitu beragam. Terdapat lebih dari
300 kelompok etnik atau suku bangsa di Indonesia atau tepatnya 1.340 suku bangsa menurut
sensus BPS tahun 2010. (Wikipedia)
Namun keragaman suku di Indonesia masih
menimbulkan berbagai macam konflik yang dihadapi bangsa ini. Dimulai dari perselisihan kecil yang
melibatkan satu-dua orang yang kemudian menyebar
dan menjadi konflik antar suku ataupun
antar agama. Konflik-konflik yang tak kunjung reda melahirkan kerusuhan-kerusuhan di beberapa wilayah di Indonesia yang
melibatkan suku-suku yang berbeda di wilayah tersebut dan mengganggu
stabilisasi negara. Contoh
konkrit terjadinya tragedi pembunuhan besar-besaran terhadap pengikut partai PKI pada tahun 1965, kekerasan etnis cina di
Jakarta pada bulan mei 1998, dan
perang antara Islam dan Kristen di Maluku Utara pada tahun 1999-2003.
Padahal Negara Indonesia memiliki semboyan Bhineka Tunggal Ika sebagai
dasar untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan Indonesia. Akan tetapi seiring
berjalannya waktu, makna
Bhinneka Tunggal Ika semakin luntur. Sudah tampak kecondongan
terpecah belah, individualis dengan dalih otonomi daerah, perbedaan SARA, tidak
lagi muncul sifat tolong menolong atau gotong royong. Banyak anak muda yang kurang mengenal makna Bhineka
Tunggal Ika, banyak orang tua lupa akan
kata-kata ini, sehingga ikrar yang ditanamkan jauh
sebelum Indonesia merdeka
memudar begitu saja.
Oleh karena itu, maka perlu sebuah konsep
yang menawarkan suatu alternatif melalui penerapan strategi dan
konsep yang menciptakan pemanfaatan multikulturalisme yang ada dimasyarakat. Implementasi
dari konsep Bhinneka Tunggal Ika sebagai landasan multikulturalisme menjadi
gagasan yang solutif dari permasalahan tersebut, agar terciptanya konsep yang
mewujudkan persatuan bangsa.
Keanekaragaman budaya bangsa
Indonesia menunjukkan sesuatu kekayaan budaya yang merupakan modal dan landasan bagi
pengembangan budaya bangsa seluruhnya, yang hasil-hasilnya dapat dinikmati oleh
bangsa. Kebhinnekaan sistem sosial dan budaya Indonesia merupakan kenyataan yang tidak
mungkin diingkari. Dengan keanekaragaman yang ada pada bangsa Indonesia ini tidak diharapkan
menuju ke arah perpecahan, tapi harus menuju pada persatuan dan kesatuan bangsa.
Sebagaimana makna yang terkandung dalam slogan “Bhinneka Tunggal Ika”.
Bhinneka Tunggal Ika berasal
dari bahasa Jawa Kuno dan seringkali diterjemahkan dengan kalimat “Berbeda-beda
tetapi tetap satu”. Diterjemahkan per patah kata, kata bhinneka berarti
"beraneka ragam" atau berbeda-beda. Kata neka dalam bahasa Sanskerta
berarti "macam" dan menjadi pembentuk kata "aneka" dalam
Bahasa Indonesia. Kata tunggal berarti "satu". Kata ika berarti
"itu". Secara harfiah Bhinneka Tunggal Ika diterjemahkan
"Beraneka Satu Itu", yang bermakna meskipun berbeda-beda tetapi pada
hakikatnya bangsa Indonesia tetap adalah satu kesatuan. (wikipedia). Motto ini digunakan sebagai
ilustrasi dari jati diri bangsa Indonesia yang secara natural, dan
sosial-kultural dibangun di atas keanekaragaman. (etnis, bahasa, budaya, agama
dan lain-lain).
Bhinneka Tunggal Ika
memiliki konsep sebagai landasan multikulturalisme. Multikulturalisme secara sederhana
dapat dikatakan pengakuan
atas pluralisme budaya. Pluralisme budaya bukanlah suatu
yang given tetapi merupakan suatu
proses internalisasi nilai-nilai didalam suatu komunitas. (Tilaar, 2004)
Akar kata multikulturalisme adalah kebudayaan. Konsep kebudayaan sendiri asalnya dari bahasa
Sansekerta, kata buddhayah,
ialah bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau “akal” (Soerjono Soekanto,
1990). Oleh
karena itu, kebudayaan
dapat diartikan sebagai “hal-hal yang
bersangkutan dengan budi dan akal”.
Multikulturalisme memiliki
sebuah ideologi dan sebuah alat atau wahana untuk meningkatkan
derajat manusia, maka konsep kebudayaan
harus dilihat dalam perspektif fungsinya bagi kehidupan manusia. Sebagai sebuah ide atau ideologi,
multikulturalisme terserap dalam berbagai interaksi yang ada dalam berbagai struktur kegiatan
kehidupan manusia yang tercakup dalam kehidupan sosial, kehidupan ekonomi dan bisnis, kehidupan
politik, dan berbagai kegiatan lainnya dalam masyarakat yang bersangkutan.
Bhinneka Tunggal Ika
berisi konsep multikulturalistik dalam kehidupan yang terikat dalam suatu
kesatuan. Prinsip multikulturalistik adalah asas yang mengakui adanya
kemajemukan bangsa dilihat dari segi agama, keyakinan, suku bangsa, adat
budaya, keadaan daerah, dan ras. Kemajemukan tersebut dihormati dan dihargai
serta didudukkan dalam suatu prinsip yang dapat mengikat keanekaragaman
tersebut dalam kesatuan yang kokoh. Kemajemukan bukan dikembangkan dan didorong
menjadi faktor pemecah bangsa, tetapi merupakan kekuatan yang dimiliki
oleh masing-masing komponen bangsa, untuk selanjutnya diikat secara
sinerjik menjadi kekuatan yang luar biasa untuk dimanfaatkan dalam menghadapi
segala tantangan dan persoalan bangsa.
Prinsip Bhinneka Tunggal
Ika mendukung nilai-nilai seperti : inklusif, terbuka, damai dan kebersamaan, kesetaraan,
toleransi, musyawarah disertai dengan penghargaan terhadap pihak lain yang
berbeda. Sejalan dengan prinsip, berikut ini adalah langkah-langkah untuk mengimplementasikan konsep Bhinneka Tunggal Ika sebagai
landasan multikulturalisme untuk mewujudkan persatuan bangsa :
1.
Perilaku
inklusif.
Di
depan telah dikemukakan bahwa salah satu prinsip yang terkandung dalam Bhinneka
Tunggal Ika adalah sikap inklusif. Dalam kehidupan bersama yang menerapkan
semboyan Bhinneka Tunggal Ika memandang bahwa dirinya, baik itu sebagai
individu atau kelompok masyarakat merasa dirinya hanya merupakan sebagian dari
kesatuan dari masyarakat yang lebih luas. Betapa besar dan penting kelompoknya
dalam kehidupan bersama, tidak memandang rendah dan menyepelekan kelompok yang
lain. Masing-masing memiliki peran yang tidak dapat diabaikan, dan bermakna bagi
kehidupan bersama.
2.
Sikap rukun dan damai
Sikap
toleransi, saling hormat menghormati, mendudukkan masing-masing pihak sesuai
dengan peran, harkat dan martabatnya secara tepat, tidak memandang remeh pada
pihak lain, apalagi menghapus eksistensi kelompok dari kehidupan bersama,
merupakan syarat bagi lestarinya negara-bangsa Indonesia. Oleh karena itu, Kerukunan
hidup perlu dikembangkan dengan sebaik-baiknya, agar mewujudkan kedamaian dan
rasa aman.
3.
Musyawarah untuk mencapai mufakat
Dalam
rangka membentuk kesatuan dalam keanekaragaman diterapkan pendekatan “musyawarah
untuk mencapai mufakat.” Bukan pendapat sendiri yang harus dijadikan
kesepakatan bersama, tetapi common
denominator, yakni inti kesamaan yang dipilih sebagai kesepakatan bersama.
Hal ini hanya akan tercapai dengan proses musyawarah untuk mencapai mufakat.
Dengan cara ini segala gagasan yang timbul diakomodasi dalam kesepakatan. Tidak
ada yang menang tidak ada yang kalah. Inilah yang biasa disebut sebagai win win solution.
4.
Sikap kasih sayang dan rela berkorban
Dalam
menerapkan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara perlu
dilandasi oleh rasa kasih sayang. Saling curiga mencurigai harus dibuang
jauh-jauh. Saling percaya mempercayai harus dikembangkan, iri hati, dengki
harus dibuang dari kamus Bhinneka Tunggal Ika. Eksistensi kita di dunia adalah
untuk memberikan pelayanan kepada pihak lain, dilandasi oleh tanpa pamrih
pribadi dan golongan, disertai dengan pengorbanan.
Bila
setiap warga negara memahami makna Bhinneka Tunggal Ika, meyakini akan
ketepatannya bagi landasan kehidupan berbangsa dan bernegara yang
multikulturalisme, serta mau dan mampu mengimplementasikan secara tepat dan
benar, maka Negara Indonesia akan tetap kokoh dan bersatu selamanya. Seperti pepatah
yang mengatakan “Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh.”
DAFTAR PUSTAKA
H.A.R Tilaar. 2004. Kekuatan
dan Pendidikan. Jakarta: Grasindo.
Soerjono Soekanto, 1990, Sosiologi Suatu Pengantar.Jakarta:Rajawali Pers
http://id.wikipedia.org/wiki/Bhinneka_Tunggal_Ika (Diakses pada tanggal 22 September 2014)
http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_bangsa_di_Indonesia (Diakses pada tanggal 22 September 2014)