Posted by : Bintang Senja Selasa, 09 Desember 2014





Menurut versi orang Banten, keruntuhan Banten memiliki dua versi. Versi pertama yaitu tidak dinobatkannya Sultan Banten di atas Batu Gilang. Versi kedua adalah karena tindakan Pangeran Mangkubumi yang membunuh utusan Belanda yang bernama Kapten Du Puy. Diceritakan bahwa pada mulanya Maulana Hasanuddin, putra Syarif Hidayatullah, bertapa di atas batu untuk bersimpuh yang bernama Batu Gilang. Karena khusuknya dan lamanya beliau bertapa, beliau tidak sadar bahwa peci yang dikenakannya sudah menjadi sarang burung. Maksud dan tujuan beliau bertapa adalah untuk meminta petunjuk di mana tempat yang baik untuk mengajarkan agama Islam. Tiba-tiba, batu yang digunakan untuk bertapa ini seakan-akan terbang dan di sekelilingnya terdapat air laut. Maulana Hasanuddin beserta Batu Gilang terombang-ambing di atas laut dan terdampar di daratan yang saat ini dikenal dengan kota Banten lama. Di sinilah Maulana Hasanuddin mendirikan Kesultanan Banten pertama kali. Oleh karena itu semua Sultan Banten yang akan dinobatkan menjadi raja harus dinobatkan di atas Batu Gilang ini. Belanda yang saat itu mengincar wilayah Banten untuk dijadikan jajahannya tidak berhasil untuk menundukkan Banten yang saat itu menjadi kota pelabuhan yang sangat besar. Belanda melihat bahwa salah satu penyebab sukarnya Banten ditaklukkan karena adanya Batu Gilang ini. Oleh karena itu, Belanda membuat tiruan dari batu gilang ini yang disebut sebagai Singayaksa. Semenjak Sultan yang kelima, Sultan tidak dilantik lagi di atas Batu Gilang, melainkan dinobatkan di atas batu Singayaksa. Menurut anggapan masyarakat Banten dengan dinobatkannya para Sultan di atas batu Singayaksa inilah yang menyebabkan kehancuran Kesultanan Banten.
Versi kedua, keruntuhan Kesultanan Banten diakibatkan oleh perlawanan Sultan Shafiuddin kepada pihak Belanda. Diceritakan bahwa Daendels yang saat itu menjadi Gubernur Jendral di Batavia, ingin membuat jalan dari Anyer sampai Panarukan dan membangun pelabuhan angkatan laut di Ujung Kulon. Karena hanya bermodalkan uang sedikit dan mengejar waktu pembangunan jalan yang harus selesai selama satu tahun, maka dilaksanakanlah apa yang disebut sebagai kerja paksa. Untuk melaksanakan dua proyek besar itu, Sultan Banten harus menyediakan tenaga sebanyak 1.000 orang setiap harinya. Namun, karena kondisi alam yang banyak rawanya serta berlumpur, banyak penduduk Banten yang mati karena penyakit dan mati karena disiksa. Kabar kematian penduduk yang banyak itu didengar oleh Sultan Shafiuddin, sehingga beliau memutuskan untuk tidak mengirimkan penduduknya untuk mengerjakan proyek itu. Tiba-tiba datanglah Kapten Du Puy, utusan Gubernur Jenderal dari Batavia menghadap Sultan Banten. Akan tetapi, ketika Du Puy akan memasuki istana, tidak disambut dengan tabik tuan, melainkan disambut dengan ayunan pedang oleh mangkubumi istana, hingga lehernya putus. Mendengar berita ini Daendels memerintahkan untuk menangkap Sultan Banten dan menghancurkan istananya. Sultan Shafiuddin dibuang ke Ambon, sementara istananya dibakar oleh militer Belanda. Orang Banten dikejar dan dibunuh. Oleh karena itu banyak penduduk dan ulama Banten (Tubagus) yang melarikan diri ke Sumedang, Lampung, dan wilayah lain di nusantara ini. Jadi dapat dimaklumi apabila saat ini di luar wilayah Banten banyak ditemukan nama Tubagus yang mengaku nenek moyangnya orang Banten.
Setelah itu pemerintahan di Banten diambil alih oleh pemerintah Belanda. Untuk meredam gejolak orang Banten, Belanda mengangkat Sultan yang ke-21 yakni Sultan Rafiuddin, yang tidak memiliki kekuasaan apa-apa. Bahkan untuk makan saja, Sultan menerima gaji dari Belanda, dan tidurnya pun di istana ibunya yang bernama Istana Kaibon. Belanda memang menghendaki hilangnya Kesultanan Banten. Oleh karena itu, Istana Kaibonan pun akhirnya dihancurkan. Bahkan, pada saat membangun kantor dan tempat tinggal residen Serang, batu bata dan kayu serta perlengkapan rumah lainnya yang ada di Istana Kaibon dibawa ke kota Serang.
Menurut sumber sejarah, Kesultanan Banten mulai berada di bawah kekuasaan pemerintah Hindia Belanda semenjak Sultan Banten menandatangani perjanjian dengan Belanda yang dilakukan oleh Sultan Safiuddin pada tanggal 28 Nopember 1808. Setelah penandatangan dan pengucapan sumpah pada tanggal itu, istana Sorosowan yang juga dikenal dengan istilah katiban Intan dihancurkan belanda sebagai hukuman atas meninggalnya pejabat tinggi negara dan pejabat rendah yang dibunuh oleh abdi dalem Sultan.
Masyarakat Banten menganggap bahwa akar kehancuran Kesultanan Banten adalah karena para raja terakhirnya tidak dinobatkan di atas Batu Gilang. Batu Gilang adalah simbol kehidupan kerohanian para penganutnya. Simbol Batu Gilang adalah warisan leluhur yang di menjadi peletak dasar perkembangan agam Islam di Banten. Oleh karena itu, apabila orang atau masyarakat ingin hidup tenang, damai, sejahtera, maka yang paling utama adalah tidak boleh melupakan ibadah dan leluhur mereka. Dengan demikian bagi masyarakat Banten ibadah menjadi suatu kegiatan yang tidak boleh diabaikan. Ibadah merupakan suatu kegiatan yang wajib dan harus dijalankan oleh masing-masing individu. Proses hadirnya Batu Gilang yang menurut tradisi lisan yang tertuang dalam dongeng merupakan sistem nilai yang berlaku dalam masyarakat yang berlangsung dari dulu hingga kini. Apabila masyarakat mengabaikan sistem nilai yang berlaku maka tampak jelas bagi mereka reruntuhan kerajaan Sorosowan yang merupakan simbol kehancuran duniawi sebagai akibat dari tidak dijalankannya sistem nilai yang berlaku di Banten. Rakyat Banten harus melarikan diri ke luar Banten ketika benteng Sorosowan dihancurkan. Fenomena banyaknya orang yang mengaku sebagai orang banten yang tinggal di kota lain disebabkan karena para adipati Banten ini diburu dan dibunuh. Hal ini dapat diasumsikan bahwa pada saat penyerangan dan penghancuran istana Sorosowan banyak adipati Banten yang dibunuh, yang tidak dilaporkan oleh pemerintah Hindia Belanda.


Sumber : Buku Perpustakaan Nasional (Sejarah Budaya Banten)
               http://www.pnri.go.id/

{ 1 komentar... read them below or add one }

  1. TERIMA KASIH ATAS INFORMASINYA MUDAH UNTUK DIPAHAMI DAN THEME BLOGNYA JUGA KAWAII BIKIN MATA FRESH

    BalasHapus

- Copyright © Kanvas Alfabet - Hatsune Miku - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -